Di tengah arus digitalisasi yang semakin cepat, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) tak bisa lagi hanya mengandalkan cara lama dalam memasarkan produk dan jasanya. Kini, pasar tidak hanya berada di sekitar balai desa atau kecamatan, tapi juga di layar-layar ponsel yang digunakan oleh jutaan orang setiap harinya. Salah satu pintu masuk paling strategis ke dunia digital ini adalah Instagram.
Webinar bertema “Instagram Marketing Hack: Jangkau 1 Juta Prospek” baru-baru ini menghadirkan wawasan yang sangat relevan bagi pengembangan BUMDes. Disampaikan oleh Saiful Islam—seorang praktisi digital marketing—materi ini sangat cocok untuk diterapkan dalam konteks bisnis desa yang ingin naik kelas tanpa harus menunggu bantuan dari luar.
BUMDes dan Tantangan Branding
BUMDes sering kali menghadapi tantangan ganda: produk ada, kualitas bagus, tetapi tidak dikenal. Banyak juga yang sudah memproduksi barang dengan kemasan menarik, namun bingung menjualnya ke luar desa. Inilah saatnya berpindah dari pendekatan tradisional ke pemasaran digital.
Instagram menjadi pilihan strategis karena:
- Penggunanya di Indonesia mencapai lebih dari 90 juta orang.
- Mayoritas berada di usia produktif (25–34 tahun).
- Platformnya visual dan cocok untuk produk lokal seperti makanan, kerajinan, atau wisata.
Optimasi Akun Instagram BUMDes: Toko Digital yang Harus Ditata
Menurut Saiful, akun Instagram adalah etalase digital. Jika toko fisik butuh spanduk dan penataan rak, maka Instagram perlu:
- Username yang sederhana dan mudah dicari. Misal: @bumdeskaranganyar
- Foto profil profesional, bisa berupa logo BUMDes atau produk utama.
- Bio yang menjelaskan apa yang dijual. Contoh: “Pusat oleh-oleh khas Karanganyar. Order via WA.”
- Link di bio untuk mengarahkan ke katalog atau nomor WhatsApp.
Ini semua disebut dengan optimasi profil, dan menjadi langkah awal sebelum konten mulai diproduksi.
Konten sebagai Brosur Digital: Edukasi, Hiburan, dan Cerita
Saiful menekankan bahwa tidak semua yang kita posting itu otomatis menjadi konten. Konten yang baik harus memiliki value—baik itu edukatif, menghibur, atau inspiratif. Untuk BUMDes, konten bisa dibuat dari:
- Edukasi Produk
- Ceritakan manfaat produk desa, perbandingan kualitas, atau cara penggunaan.
- Misal: “Kenapa gula semut dari desa kami lebih sehat dari gula putih biasa?”
- Testimoni Pelanggan
- Unggah cerita warga desa atau pembeli dari luar yang puas.
- Proses Produksi
- Tampilkan kegiatan petani, pengrajin, atau ibu-ibu rumah tangga yang terlibat dalam BUMDes.
Konten seperti ini membangun kepercayaan dan menciptakan emosi yang mendorong orang untuk membeli.
Strategi Menjangkau dan Mengelola Pelanggan
Instagram bukan hanya alat untuk mencari pelanggan, tetapi juga mengelola pelanggan. Ini adalah dua fungsi penting yang harus dijalankan secara seimbang:
- Menjangkau calon pelanggan baru dengan konten dan hashtag.
- Menjaga komunikasi dengan yang sudah follow agar tetap tertarik dan membeli lagi.
Saiful mengingatkan bahwa engagement seperti komentar, pesan, dan share adalah indikator bahwa kita tidak hanya dilihat, tetapi juga dipertimbangkan.
Funnel Digital: Dari Konten ke Chat WhatsApp
Setelah calon pembeli tertarik di Instagram, arahkan mereka untuk menghubungi lewat WhatsApp. Di sinilah proses konversi dimulai—dari prospek menjadi pembeli.
Strateginya bisa seperti ini:
- Posting Konten Edukasi di Instagram
- Bangun awareness dan ketertarikan.
- Ajak Tindakan Lewat Bio
- “Klik link untuk tanya-tanya via WA.”
- Respons Cepat di WhatsApp
- Kirim katalog, tanya kebutuhan, dan tawarkan promo.
- Simpan Kontak
- Gunakan untuk broadcast katalog mingguan atau update produk.
Dengan mengelola kontak WhatsApp secara sistematis, BUMDes bisa membangun database pelanggan jangka panjang, tidak hanya mengandalkan algoritma Instagram yang berubah-ubah.
Winning Content: Stop, Watch, Engage
Saiful berbagi formula agar konten kita tidak tenggelam:
- Stopping Power
- Buat dua detik pertama yang bikin orang berhenti scroll.
- Misal: “STOP! Jangan beli gula kalau belum baca ini…”
- Watch Time
- Buat isi yang sederhana tapi bermanfaat, sehingga ditonton sampai selesai.
- Engagement
- Tambahkan pertanyaan, polling, atau ajakan komen untuk membangun interaksi.
Konten bukan hanya visual bagus, tapi juga cerita yang kuat. Orang suka narasi yang jujur, bukan hard selling.
Kolaborasi dan Kampanye Komunitas
BUMDes juga bisa bekerja sama dengan:
- Anak muda desa untuk membuat konten (reels, story).
- UMKM lokal yang jadi mitra atau pemasok.
- Komunitas diaspora yang bisa bantu promosi ke luar daerah.
Buatlah kampanye bertema mingguan:
- “Minggu Telur Asin”
- “Pekan Gula Semut”
- “Jumat Produk Petani”
Setiap kampanye bisa punya highlight story sendiri, dengan link WA yang mudah diakses.
Penerapan Nyata: Dari Digital ke Transaksi
Berikut adalah alur sederhana strategi digital BUMDes:
- Instagram sebagai Etalase
- Menarik pengunjung melalui konten dan penampilan akun.
- WhatsApp sebagai Alat Transaksi
- Menjalin komunikasi langsung, personal, dan cepat.
- Broadcast dan Retensi
- Pelanggan disimpan dalam database, dikirimi promo berkala.
- Feedback Loop
- Ambil masukan, lalu jadikan konten testimoni atau pengembangan produk.
Dengan pola ini, BUMDes tidak hanya mendapatkan pembeli sekali, tetapi juga membangun pelanggan setia.
Digitalisasi BUMDes Harus Dimulai Sekarang
Strategi digital bukan untuk mereka yang sudah besar, tetapi justru untuk yang sedang bertumbuh. Instagram dan WhatsApp adalah alat gratis namun luar biasa jika dimanfaatkan dengan konsisten.
Bagi BUMDes, ini bukan soal ikut-ikutan tren, tapi soal bertahan dan berkembang di tengah perubahan. Dan perubahan itu sudah di depan mata.
Mari kita mulai dari yang kecil:
- Ubah akun Instagram BUMDes menjadi akun profesional.
- Mulai posting konten yang edukatif dan otentik.
- Sediakan katalog via WhatsApp, dan tanggapi dengan cepat.
- Simpan nomor pelanggan dan bangun relasi jangka panjang.
BUMDes harus menjadi etalase desa di dunia digital. Dan seperti kata Saiful Islam, “Konten yang kuat tidak hanya dilihat, tapi juga dipercaya. Dan dari kepercayaan, transaksi terjadi.”