Di banyak desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sudah berdiri. Ada yang punya toko, ada yang kelola unit air bersih, ada pula yang mengelola wisata, simpan pinjam, hingga pertanian. Papan nama pun berdiri gagah: “BUMDes Maju Sejahtera”. Tapi ketika kita cari di Google Maps, hasilnya nihil. Tak ditemukan. Padahal di zaman sekarang, bisnis yang tidak muncul secara digital, dianggap tidak ada.
BUMDes bukan hanya harus hidup secara legal dan kelembagaan. Ia juga harus hidup secara digital. Sebab saat orang mencari “toko pupuk terdekat”, “wisata desa di sekitar sini”, atau “penginapan murah di area sini”, yang mereka lihat pertama bukanlah baliho di pinggir jalan, tapi hasil pencarian Google Maps.
Sayangnya, banyak BUMDes belum sadar: bahwa kemunculan digital sama pentingnya dengan keberadaan fisik.
BUMDes: Ada, Tapi Tak Terlihat
Banyak unit usaha desa sebenarnya potensial. Tapi yang terjadi di lapangan, BUMDes sering tidak muncul dalam pencarian internet. Orang luar desa tidak tahu kalau ada penginapan bersih dan murah di desa itu. Petani tak tahu kalau ada toko pupuk milik desa. Anak muda desa tidak sadar kalau ada kafe kecil dengan wifi dan menu kekinian di dusunnya sendiri.
Bukan karena usaha itu jelek. Bukan pula karena produk tak laku. Tapi karena BUMDes tidak muncul di tempat orang zaman sekarang mencari: Google Maps.
Dunia Sudah Berubah, Pencarian Pun Berubah
Bayangkan: orang Jakarta datang ke desa untuk wisata alam. Setelah sampai, mereka membuka ponsel dan mengetik “tempat makan terdekat” atau “coffee shop di sekitar sini”. Kalau unit usaha BUMDes tidak muncul di hasil pencarian, maka pengunjung tidak akan tahu. Mereka akan memilih warung lain yang muncul paling atas — meski rasanya biasa saja.
Itulah kenyataan. Dulu, orang keliling naik motor cari warung. Sekarang, mereka scroll layar ponsel.
Tidak Muncul = Tidak Dipilih
Ketika sebuah unit usaha tidak muncul di peta digital, maka otomatis tidak akan dipilih. Ini penting dipahami oleh pengurus BUMDes. Apapun jenis unitnya — toko, jasa, wisata, pertanian, perikanan, atau kuliner — kalau tidak terdeteksi secara online, pelanggan akan pergi ke tempat lain.
Persaingannya bukan lagi soal harga atau lokasi. Persaingannya adalah siapa yang muncul lebih dulu di Google Maps. Dan hanya yang muncul yang punya peluang dipilih.
Digital Visibility: Modal Baru BUMDes
BUMDes saat ini tidak cukup hanya kuat dalam kelembagaan dan laporan keuangan. Mereka harus menguasai “modal keempat” yaitu modal digital — kemampuan untuk terlihat dan dipercaya secara online.
Salah satu platform termudah untuk itu adalah Google Maps, yang kini menjadi tempat utama orang mencari informasi lokal.
Contohnya:
- Orang cari “penginapan murah dekat sini” → hasilnya dari Google Maps
- Orang ketik “wisata alam terdekat” → hasilnya dari Google Maps
- Orang cari “toko beras” atau “bengkel motor desa” → Google Maps lagi
Kalau unit usaha BUMDes tidak ada di situ, berarti BUMDes sedang menghilang dari radar calon pelanggan.
Tiga Langkah BUMDes Meningkatkan Digital Visibility
Ada tiga langkah sederhana namun berdampak besar agar BUMDes mudah ditemukan di Google Maps. Ini bukan soal iklan mahal atau teknis rumit. Ini soal disiplin dan konsistensi.
1. Terdaftar dan Terlihat (Detected)
Pertama-tama, daftarkan semua unit usaha BUMDes ke Google Business Profile (gratis). Isi dengan data lengkap:
- Nama unit usaha
- Kategori usaha
- Jam operasional
- Alamat lengkap
- Nomor telepon
- Foto-foto tempat dan produk
Setelah itu, pastikan usaha muncul di Google Maps dan bisa dicari dengan kata kunci yang sesuai, misalnya “warung makan Desa Kedungrejo” atau “penginapan murah di Kecamatan Ngancar”.
2. Kirim Sinyal Rutin (Signal)
Google bukan manusia. Ia tidak bisa mencium aroma nasi goreng BUMDes atau menilai keindahan embung wisata. Yang Google bisa baca adalah sinyal digital:
- Seberapa sering profil diupdate
- Seberapa banyak ulasan masuk
- Apakah ada foto baru
- Apakah jam buka akurat
- Apakah ada balasan ulasan dari pengelola
Semakin aktif sinyal dikirim, semakin tinggi ranking unit usaha di pencarian.
3. Bangun Kebiasaan Digital (Habit)
Langkah terakhir adalah membentuk rutinitas:
- Update foto minimal seminggu sekali
- Balas setiap ulasan, baik positif maupun negatif
- Ubah jam buka jika ada hari libur
- Dorong pelanggan untuk memberi ulasan
Banyak usaha kecil yang sukses bukan karena produknya paling unik, tapi karena paling rajin menghidupkan profil Google-nya.
Kisah Nyata: Toko Kecil Bisa Kalahkan Toko Besar
Ada sebuah toko kecil di desa yang awalnya tidak muncul di pencarian. Setelah rutin update dan membalas ulasan, ia mulai naik ranking. Ternyata makin banyak yang menelepon, datang langsung, bahkan pelanggan dari kecamatan sebelah pun ikut belanja.
Toko ini kemudian mengalahkan toko grosir besar yang malas update profilnya. Bukti bahwa yang paling disiplin secara digital bisa mengalahkan yang besar secara fisik.
BUMDes Tidak Butuh Website, Tapi Butuh Google Maps
Banyak pengurus BUMDes merasa perlu bikin website, padahal website bukan jawaban awal. Website jarang dikunjungi kalau tidak muncul di pencarian. Sedangkan Google Maps adalah halaman depan digital yang otomatis dikunjungi orang saat mencari layanan terdekat.
Muncul di Google Maps adalah cara termudah, tercepat, dan paling murah untuk menarik pelanggan baru — baik dari desa sendiri maupun luar desa.
Layanan yang Perlu Didaftarkan ke Google Maps
Beberapa unit usaha BUMDes yang wajib muncul di Google Maps:
- Unit Wisata: embung, kolam renang, taman desa
- Kuliner: warung makan, kedai kopi, angkringan BUMDes
- Penginapan: homestay, losmen, rumah inap
- Pertanian: toko pupuk, persewaan alat tani
- Perdagangan: toko sembako, toko oleh-oleh
- Jasa: fotokopi, bengkel, laundry desa
- Kesehatan: klinik, posyandu swakelola BUMDes
Semua unit ini punya potensi ditemukan lebih banyak orang jika tampil digital.
Tantangan: Siapa yang Pegang Akun Google Maps BUMDes?
Seringkali masalah muncul ketika tidak ada yang khusus ditugaskan untuk mengelola akun Google Business Profile. Bisa jadi akun dibuat tapi tidak pernah dibuka lagi. Atau aksesnya hilang karena orang yang bikin sudah tidak aktif di BUMDes.
Solusinya:
- Tunjuk satu operator digital khusus, misalnya staf muda atau mahasiswa magang.
- Pastikan username dan password tercatat di buku inventaris digital.
- Update berkala dilakukan bersama agenda rutin BUMDes mingguan.
Langkah Strategis untuk Pendamping Desa dan TPP
Pendamping lokal desa dan TPP bisa mengambil peran penting untuk:
- Melakukan audit visibilitas digital BUMDes
- Membantu mendaftarkan unit-unit usaha ke Google Maps
- Menyusun SOP pengelolaan akun digital
- Mendorong pelatihan digital marketing sederhana di desa
Dengan begitu, pendamping tak hanya bantu legalitas, tapi juga bantu kemunculan digital yang sangat vital.
Penutup: Masa Depan BUMDes Ada di Peta Digital
Saat ini, bukan yang paling strategis lokasinya yang akan berkembang. Tapi yang paling strategis secara digital. Di dunia nyata, toko bisa di pinggir jalan. Tapi di dunia digital, toko bisa tersembunyi — kalau tak muncul di peta.
BUMDes harus hadir bukan hanya di rapat desa atau laporan keuangan, tapi juga di layar ponsel masyarakat. Agar siapa pun — warga lokal maupun tamu luar — bisa mengetik “toko sembako terdekat” dan menemukan BUMDes di sana.
Karena ketika BUMDes mudah ditemukan, desa pun mudah tumbuh.