Desa Harus Kuat Pangan, Bukan Sekadar Bangun Jalan
Pernahkah kita bertanya, mengapa harga cabai atau telur naik terus padahal kita tinggal di desa? Mengapa warga desa masih beli beras dari luar, padahal sawah ada di sekitar kita? Inilah yang disebut masalah ketahanan pangan.
Pemerintah pusat tahu betul soal ini. Makanya sejak beberapa tahun terakhir, desa diwajibkan mengalokasikan 20 persen Dana Desa untuk Ketahanan Pangan dan Pertanian (disingkat Ketapang). Artinya, kalau Dana Desa dapat 1 miliar, maka minimal 200 juta harus digunakan untuk program pangan.
Nah, salah satu cara paling masuk akal dan berkelanjutan adalah: dana itu disalurkan sebagai penyertaan modal ke BUMDes, bukan dibagikan begitu saja. Tapi sayangnya, banyak desa yang belum paham atau salah jalan soal ini.
Yuk, kita bahas pelan-pelan.
Apa Itu Penyertaan Modal ke BUMDes untuk Ketapang?
Penyertaan modal itu gampangnya seperti ini: Dana Desa dimasukkan ke BUMDes, lalu BUMDes menjalankan usaha yang hasilnya kembali ke warga dan desa. Bukan sekadar bagi-bagi barang, tapi membangun usaha yang terus jalan.
Contohnya:
- BUMDes membeli 500 ekor ayam petelur.
- Ayam-ayam itu dipelihara oleh 10 keluarga pra-sejahtera (masing-masing 50 ekor).
- Hasil telurnya dijual ke koperasi atau pasar.
- Warga dapat untung, BUMDes dapat bagian, dan usaha terus berputar.
Jadi tidak habis di jalan. Usaha ini bisa jadi ladang rezeki desa.
Masalah yang Sering Terjadi
- BUMDes Belum Siap Urus Usaha Ternak atau Tani
Banyak BUMDes yang baru berdiri, belum punya pengalaman menjalankan usaha seperti peternakan ayam, sayur organik, atau penggilingan padi. Akhirnya, uang sudah dikasih, tapi usaha nggak jalan.
Solusinya:
- Mulai dari skala kecil dulu.
- Pilih jenis usaha yang sederhana tapi menguntungkan.
- Kerja sama dengan koperasi atau peternak berpengalaman.
- Warga Masih Menganggap Ini Bantuan, Bukan Usaha
Kalau warga dikasih ayam atau bibit, tapi dianggap hibah, biasanya gak dirawat sungguh-sungguh. Setelah panen, hasilnya dikantongi sendiri. Padahal ini bukan bantuan, tapi usaha bersama.
Solusinya:
- Jelaskan sejak awal: ini usaha, bukan bagi-bagi.
- Buat aturan jelas, misal hasil panen dibagi 70% untuk warga, 30% untuk BUMDes.
- Ajak warga ikut rapat dan bikin perjanjian tertulis.
- Tidak Ada Laporan, Tidak Tahu Uangnya Kemana
Sering terjadi: dana sudah masuk, usaha jalan sebentar, lalu hilang kabarnya. Tidak ada laporan, tidak ada hasil, tidak ada pertanggungjawaban.
Solusinya:
- BUMDes harus buat laporan sederhana: berapa ayam, berapa telur, berapa penjualan.
- Tempel laporan di papan pengumuman desa.
- Libatkan pemuda desa atau pendamping untuk bantu bikin laporan.
Contoh Usaha Ketapang yang Sukses: Ternak Ayam Kampung Petelur
Salah satu contoh yang sudah berjalan di beberapa desa adalah peternakan ayam kampung petelur. Mengapa ini cocok?
- Tidak butuh lahan luas.
- Perawatan mudah.
- Pasar jelas: warung makan, tukang nasi pecel, pembeli rumahan.
- Hasil harian: setiap hari bisa panen telur.
Skema Sederhananya:
- BUMDes membeli ayam + pakan untuk 2 bulan.
- Warga (keluarga miskin) merawat di kandang belakang rumah.
- Setiap minggu, telur dikumpulkan dan dijual koperasi.
- Hasil dibagi: warga dapat uang, BUMDes dapat bagian untuk putaran berikutnya.
Dengan sistem ini, dalam 3 bulan warga sudah bisa punya usaha sendiri. BUMDes pun tetap hidup, bukan mati suri.
Mengapa Harus Lewat BUMDes, Bukan Diberikan Langsung?
Pertanyaan ini sering muncul: “Kenapa gak langsung kasih ke warga aja?”
Jawabannya:
- Kalau langsung, cepat habis.
- Kalau lewat BUMDes, bisa berputar dan bertahan lama.
- BUMDes bisa kumpulkan hasil dan jual lebih besar.
Contoh: 1 orang jual 10 butir telur, siapa yang mau beli? Tapi kalau BUMDes kumpulkan 1000 butir dari banyak warga, bisa dijual ke toko besar atau rumah makan. Skalanya lebih besar, hasilnya lebih untung.
Apa yang Harus Dilakukan Desa Sekarang?
- Rapat Desa Khusus untuk Ketapang
Bahas terbuka: dana 20% itu mau digunakan untuk usaha apa? Siapa yang mau dilibatkan? Bagaimana sistem kerjanya?
- Perkuat BUMDes
Kalau BUMDes belum aktif, jangan langsung disuntik dana besar. Mulai dari kecil dulu, sambil didampingi.
- Libatkan Kader dan Tokoh Lokal
Biar warga percaya dan semangat, libatkan tokoh RT, kader posyandu, atau karang taruna.
- Buat Aturan dan Laporan
Semua usaha harus ada aturannya. Tidak usah rumit, yang penting jelas dan adil.
Dana Desa Harus Jadi Ladang Rezeki, Bukan Ladang Masalah
Pak Menteri Desa sudah bilang: “Dana Desa itu bukan cuma buat bangun jalan, tapi buat bangun penghasilan warga.” Program Ketapang ini adalah salah satu cara agar warga desa punya usaha sendiri, dari Dana Desa sendiri, dikelola oleh lembaga milik desa sendiri.
Tapi ingat, semua butuh proses. Jangan buru-buru, tapi juga jangan ditunda-tunda. Mulai saja dari yang kecil tapi jelas.
Kalau BUMDes jadi kuat, warga punya penghasilan, dan pasar dikuasai dari desa, maka desa kita bukan hanya mandiri — tapi juga berdaulat secara ekonomi dan pangan.
Yuk, kita gotong royong mewujudkannya.