Desa Jangan Jadi Penonton
Indonesia sedang mengalami gelombang besar perubahan ekonomi. Digitalisasi telah mengubah wajah pasar, cara orang bekerja, hingga pola konsumsi masyarakat. Namun dalam arus besar ini, desa sering kali tertinggal atau hanya menjadi pasar konsumsi, bukan produsen atau pengendali nilai. Rakyat desa jadi penonton dalam revolusi digital, sementara manfaat ekonominya mengalir ke pusat-pusat kota dan pemilik modal.
Di tengah kondisi itu, KODE INDONESIA hadir membawa semangat baru: membangun kekuatan ekonomi desa dari bawah, berbasis komunitas, dan dengan alat-alat yang dimiliki oleh desa sendiri. Kami percaya bahwa jalan pembangunan desa adalah jalan gotong royong, bukan jalan kompetisi.
Koperasi Sejati: Bukan Sekadar Label, Tapi Nilai
KODE INDONESIA adalah koperasi, tapi bukan koperasi formalitas. Kami tidak lahir dari rapat pemilik modal yang ingin menjual produk. Kami lahir dari semangat rakyat yang ingin merebut kembali kontrol atas ekonomi lokal. Itulah mengapa kami menyebut diri kami sebagai koperasi yang sebenarnya, koperasi yang bukan sekadar badan hukum, tapi cara berpikir, cara bertindak, dan cara hidup.
Bagi kami, koperasi bukan berarti mendirikan toko dan memberi label “koperasi” di atasnya. Koperasi berarti membangun sistem di mana semua anggota terlibat secara aktif, setara, dan mendapatkan manfaat bersama. Koperasi adalah bentuk modern dari gotong royong, diterapkan dalam konteks ekonomi abad ke-21.
Ekosistem BUMDes dan KopDes: Keluarga, Bukan Pesaing
Salah satu kesalahan fatal dalam pembangunan ekonomi desa adalah membenturkan BUMDes dan koperasi desa (KopDes). Padahal keduanya adalah anak kandung desa. Keduanya lahir dari semangat kemandirian, dari aspirasi rakyat untuk mengelola kekayaan sendiri.
Di banyak tempat, BUMDes dan KopDes berjalan sendiri-sendiri. Bahkan kadang bersaing merebut peran. Ini melemahkan keduanya. Padahal kalau bersatu, keduanya bisa saling melengkapi: BUMDes sebagai lembaga milik desa, dan KopDes sebagai organisasi milik rakyat desa.
Di sinilah peran KODE INDONESIA: menyatukan kekuatan ini dalam satu ekosistem usaha desa yang kuat dan berkelanjutan.
Rumah BUMDes: Titik Kumpul dan Titik Tumbuh
Sebagai langkah awal, KODE INDONESIA membentuk apa yang kami sebut sebagai Rumah BUMDes. Ini bukan sekadar kantor atau tempat rapat. Rumah BUMDes adalah ruang bersama di mana pelaku usaha desa bertemu, berdiskusi, berinovasi, dan membangun rencana masa depan ekonomi bersama.
Di Rumah BUMDes, BUMDes dan KopDes tak lagi bersaing. Mereka saling berbagi peran, saling menopang, dan saling mengisi. Pengusaha mikro desa juga diajak bergabung, sehingga ekosistem ini benar-benar hidup, bukan di atas kertas, tapi dalam praktik keseharian warga desa.
LAREZ: Platform Digital Milik Rakyat Desa
Dari pengalaman di Rumah BUMDes, kami menyadari satu hal: jika desa ingin kuat, maka desa harus punya alat digitalnya sendiri. Desa tak bisa terus-menerus bergantung pada platform dari luar yang tidak berpihak.
Maka lahirlah LAREZ – Ladang Rezeki Desa. Ini adalah aplikasi toko online, pengiriman barang, dan transportasi digital berbasis kepemilikan kolektif. LAREZ adalah platform untuk:
- Toko dan warung lokal membuka toko online tanpa potongan fee.
- Kurir dan driver desa mengakses pekerjaan dengan adil.
- Konsumen berbelanja dengan harga wajar dan mendukung ekonomi lokal.
Tapi yang paling penting: semua pihak dalam sistem ini punya hak kepemilikan atas platform. Tidak seperti marketplace lain yang memanfaatkan rakyat tapi tidak memberinya hak milik.
Belajar dari GOTO dan Taobao: Supaya Tidak Terulang di Desa
Pengalaman dari Gojek, Tokopedia (GOTO), dan Taobao memberi pelajaran penting. Mereka membangun bisnis besar dengan tenaga rakyat biasa. Tapi begitu mereka sukses, rakyat hanya jadi penonton, bukan pemilik.
Bayangkan jutaan driver Gojek yang bekerja siang malam, tapi ketika perusahaan IPO, mereka tidak mendapat bagian apa pun. Bayangkan penjual kecil di Tokopedia yang setiap hari berdagang, tapi tidak punya suara dalam kebijakan platform.
Kami di KODE INDONESIA tidak ingin desa mengulangi kesalahan itu. Karena itulah, LAREZ dibangun dengan model kepemilikan bersama. Semua yang terlibat:
- Pemilik warung
- Kurir desa
- Pengguna aktif
- BUMDes dan KopDes
…mereka semua bisa menjadi pemilik dan mendapat manfaat langsung dari pertumbuhan platform.
BUMDes Koordinator Desa: Teknologi Tetap Butuh Sentuhan Manusia
Kami sadar, aplikasi bukan segala-galanya. Teknologi hanyalah alat. Tanpa manusia yang bekerja dengan hati, sistem akan gagal.
Oleh karena itu, dalam setiap desa yang menjadi bagian dari LAREZ, kami mendorong hadirnya:
- Koordinator lokal, yang memastikan sistem berjalan baik.
- Validator toko dan driver, untuk menjaga kualitas dan kepercayaan.
- Tim pengendali mutu, agar produk dan layanan tetap sesuai harapan.
Dengan begitu, LAREZ bukan hanya efisien secara teknologi, tapi juga hangat secara sosial dan adil secara ekonomi.
Bukan Unicorn, Tapi Gotong Royong
KODE INDONESIA dan LAREZ tidak bermimpi menjadi unicorn—istilah populer untuk startup dengan valuasi miliaran dolar. Kami lebih memilih menjadi kumpulan semut yang bekerja bersama, membangun sarang yang kuat dan tahan lama.
Kami tidak mengejar investasi besar dari luar. Kami percaya pada modal sosial desa, pada kebersamaan warga, dan pada solidaritas antar pelaku usaha lokal. Inilah yang membuat kami percaya: ekonomi desa bisa tumbuh besar tanpa kehilangan jiwa gotong royong.
Ekonomi Digital Desa: Bukan Hanya Soal Aplikasi, Tapi Soal Keadilan
Kami tidak sedang membangun aplikasi. Kami sedang membangun gerakan. Gerakan untuk:
- Mengembalikan kontrol ekonomi ke tangan rakyat.
- Menolak sistem yang hanya menguntungkan investor dan menyisakan remah untuk pekerja.
- Mewujudkan ekonomi digital desa yang adil, inklusif, dan dimiliki bersama.
LAREZ adalah simbol dari gerakan itu. Simbol bahwa desa bisa bangkit, bisa mandiri, dan bisa punya teknologi sendiri. Tapi lebih dari itu, LAREZ adalah bukti bahwa koperasi bisa relevan dan bahkan memimpin perubahan di era digital.
Ayo Bersatu, Bergerak, dan Berkoperasi
Hari ini, pilihan ada di tangan kita semua. Apakah kita akan terus membiarkan desa menjadi objek digitalisasi? Ataukah kita akan bangkit, bersatu, dan membangun sistem sendiri yang lebih adil?
KODE INDONESIA mengajak seluruh BUMDes, KopDes, pengusaha desa, dan warga desa:
- Bergabung dalam koperasi sejati.
- Membangun rumah bersama: Rumah BUMDes.
- Mengembangkan ekosistem ekonomi desa yang adil dan partisipatif.
- Menggunakan LAREZ sebagai alat perjuangan digital milik bersama.
Karena rezeki tidak harus dicari di kota. Rezeki bisa dibangun di desa, bersama-sama, tanpa harus saling mengalahkan.
KODE INDONESIA
Berkoperasi. Bergerak. Bersama.
Menuju kedaulatan ekonomi digital milik rakyat.